Sabtu, 03 Desember 2011

TAUHID 3

BAGIAN 3

c. Tauhid dan Kemerdekaan

Tauhid merupakan ajaran pokok yang harus diamalkan oleh manusia. Namun sejarah menunjukkan seringnya terjadi distorsi yang membahayakan sehingga perlu dilakukan berbagai koreksi oleh para rasul untuk memurnikan ajaran ini. Kemerdekaan adalah nilai kemanusiaan yang utama, membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Tanpa kemerdekaan, pada hakikatnya manusia tidak lagi menjadi manusia. Setiap manusia dilahirkan merdeka dan nilai kemerdekaan ini bisa menjadi tolak ukur kehidupan seseorang. Hubungan antar manusia dalam kehidupan ini merupakan proses memberi dan menerima secara terus-menerus. Proses ini dapat mempengaruhi nilai kemerdekaan seseorang, apakah dalam proses itu ia mengambil hak kemerdekaan orang lain ataukah sebaliknya. Dalam proses ini seharusnya manusia bisa membangun keadaan yang seimbang karena ketidakseimbangan menunjukkan rasa tidak bersyukur atas karunia kemerdekaan dari Allah ini. Namun pada kenyataannya justru keseimbangan ini sulit untuk dicapai. Sejarah menunjukkan betapa banyak pihak yang menindas pihak lain dengan berbagai cara demi kepentingan dirinya. Dapat dipastikan terjadinya tingkat-tingkat kelas dalam masyarakat adalah akibat dari golongan manusia yang terjerumus kepada “penyakit iblis” yang merasa dirinya lebih baik. Pada awalnya bisa jadi pengistimewaan ini timbul dari rasa takut atau kekaguman yang berlebihan. Dalam hal ini iblis tinggal memperbesar rasa takut atau kagum tersebut sehingga masyarakat semakin terjerumus bahkan sampai pada tahap “penyembahan” kepada kelompok tertentu yang meliputi rasa takut, patuh yang berlebihan, rasa ketergantungan, dan sebagainya. Rasulullah sangat berhati-hati dalam mendidikkan tauhid karena sikap tauhid ini begitu halus tertanam dalam sanubari, sehingga rawan pula untuk tergelincir. Termasuk untuk menghindari pengkultusan dirinya oleh para sahabat. Sebuah contoh betapa rawannya sikap ini tercermin dalam peristiwa wafatnya nabi SAW. Umar yang mendengar kabar wafatnya nabi tidak percaya dan mengancam orang yang menyebut-nyebut berita tersebut, sampai akhirnya datang Abu Bakar yang menyampaikan ayat QS Ali Imran : 144. Dan Umar pun akhirnya menyadari kesalahannya. Jika pribadi luhur seperti Umar saja bisa kecolongan, bagaimana dengan kita yang konon imannya tipis. Hal ini membuktikan bahwa bertauhid ini memang berat dan butuh latihan serta disiplin. Bersambung. Referensi: Kuliah Tauhid, Muhammad ‘Imaduddin Abdul Rahim (Bang ‘Imad)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Chat